Kadang ia berpikir, tidakkah semuanya terlihat tak adil baginya?
Meski pada akhirnya, memang mereka berdua yang merasakan sakitnya, tapi keputusannya--tindakannyalah yang memicu sakit tersebut. Tidakkah pernah terpikirkan, sakitnya jauh lebih menyakitkan dari sakit dia. Ia yang tahu akibatnya. Ia yang tahu konsekuensinya. Ia yang tahu--seberapa besar keputusannya akan menyakiti keduanya--dirinya, paling tidak. Ia tak bisa benar-benar menjamin bahwa dia menyimpan rasa yang sama sepertinya.
Dia selalu menanggung segalanya. Semua pedih, semua sakit, segala keputusan. Semua sebab dan akibat.
Meski pada akhirnya, memang mereka berdua yang merasakan sakitnya, tapi keputusannya--tindakannyalah yang memicu sakit tersebut. Tidakkah pernah terpikirkan, sakitnya jauh lebih menyakitkan dari sakit dia. Ia yang tahu akibatnya. Ia yang tahu konsekuensinya. Ia yang tahu--seberapa besar keputusannya akan menyakiti keduanya--dirinya, paling tidak. Ia tak bisa benar-benar menjamin bahwa dia menyimpan rasa yang sama sepertinya.
Dia selalu menanggung segalanya. Semua pedih, semua sakit, segala keputusan. Semua sebab dan akibat.
Tak pernahkah kau berpikir, bahwa akupun merasa begitu?
Bahwa akupun sebenarnya tak sekuat yang terlihat. Tak sedingin yang kutampilkan.
Akupun sama.
「 雨が降る。。。か?」
Hujan kali ini terasa berbeda dari biasanya.
Ia menengadah, merasakan tiap tetesan hujan itu menghantam tubuhnya keras. Membiarkan dinginnya udara ikut membekukan hatinya. Biar tak ada yang bisa merusak, maupun mencairkan ketetapan hatinya. Biar ia siap, saat sakit akibat dingin tersebut datang. Hujan yang tadinya hanya hujan ringan biasa, kini berubah deras, diikuti dengan munculnya petir dan angin yang mulai bertiup kencang. Ia mengangkat tangannya, menghalangi tetesan hujan dari matanya.
Meski begitu, pipinya tetap basah. Air tetap mengalir dari matanya.
Comments