Ia benci dingin. Terutama dingin yang seperti ini.
Lahir di negara yang iklimnya jauh lebih dingin dari negara yang tengah disinggahinya sekarang ini lantas tidak membuatnya lebih adaptif pada cuaca dingin. Badannya masih menggigil setiap ia bangun di pagi pertama musim dingin. Ia masih berjengit setiap kali kaki telanjangnya menyentuh lantai beku saat musim gugur tiba. Bahkan kini, saat angin laut yang berhembus tak sekencang angin musim gugurnya, ia masih ingin selimutan di bawah selimut tebal.
Sambil minum cokelat hangat. Di kamarnya.
(atau menyelinap keluar, lalu mengetuk pintu rumah Velasquez. Lalu dengan seenaknya menyelusup di bawah selimut Dims.)
Fuh.
Perlu ditanya?
Tak perlu menengok, ia refleks memeluk tangan yang melingkari pinggangnya, memeluk tiba-tiba dari belakang. Maaf, katanya. Kelamaan. Ia hanya memejamkan mata saat lelaki di belakangnya mengecup puncak kepalanya. Setengah dari situasi ini memang salahnya--oke, tiga perempatnya. Salahnya karena emosian. Tapi kan tetap saja. Seharusnya ia tahu kalau ia sedang dalam masa-masa itu. Yang artinya Adri perlu diperlakukan ekstra hati-hati.
"Dimaafkan," ia mengucap pelan, menyandarkan tubuhnya pada badan lelaki di belakangnya. Badan Dims hangat, berkebalikan dengan badannya. Ia menatap garis horison di depannya, menghela napas.
"Pulang yuk. Aku kedinginan."
Lahir di negara yang iklimnya jauh lebih dingin dari negara yang tengah disinggahinya sekarang ini lantas tidak membuatnya lebih adaptif pada cuaca dingin. Badannya masih menggigil setiap ia bangun di pagi pertama musim dingin. Ia masih berjengit setiap kali kaki telanjangnya menyentuh lantai beku saat musim gugur tiba. Bahkan kini, saat angin laut yang berhembus tak sekencang angin musim gugurnya, ia masih ingin selimutan di bawah selimut tebal.
Sambil minum cokelat hangat. Di kamarnya.
(atau menyelinap keluar, lalu mengetuk pintu rumah Velasquez. Lalu dengan seenaknya menyelusup di bawah selimut Dims.)
Fuh.
"Dingin ya?"
Perlu ditanya?
Tak perlu menengok, ia refleks memeluk tangan yang melingkari pinggangnya, memeluk tiba-tiba dari belakang. Maaf, katanya. Kelamaan. Ia hanya memejamkan mata saat lelaki di belakangnya mengecup puncak kepalanya. Setengah dari situasi ini memang salahnya--oke, tiga perempatnya. Salahnya karena emosian. Tapi kan tetap saja. Seharusnya ia tahu kalau ia sedang dalam masa-masa itu. Yang artinya Adri perlu diperlakukan ekstra hati-hati.
"Dimaafkan," ia mengucap pelan, menyandarkan tubuhnya pada badan lelaki di belakangnya. Badan Dims hangat, berkebalikan dengan badannya. Ia menatap garis horison di depannya, menghela napas.
"Pulang yuk. Aku kedinginan."
Comments