Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2012

Awal pada Akhir.

"Why must I always see the ending at the beginning?" --Icarus, White Hinterland Tough luck. Ia menghela napas pasrah, iris hitamnya mengamati figur pemuda yang barusan mengobrol dengannya melenggang pergi, beringsut mendekati teman-temannya. Teman-teman perempuannya . God . Sampai sekarang ia masih tak percaya ia bisa punya perasaan pada orang itu selama enam tahun belakangan. Meski akhir-akhir ini ia bersikeras menyanggah fakta bahwa ia sebenarnya masih punya perasaan yang sama dengan yang ia rasakan enam tahun lalu. Geli, tahu tidak? Terlalu klise, bahkan untuk standar penggila cerita roman macam dirinya. Dan lagi, meski orangtua mereka berdua cukup akrab (yang seharusnya membuat salah satu pihak merasa lebih senang ketika tahu anaknya naksir anak teman si orangtua), ibunya justru sering menyatakan ketidaksukaannya ketika tahu anaknya naksir anak temannya. Cari yang lain saja, katanya. Meski anak lelaki itu terbilang sopan dan baik di mata orangtuanya. Terlalu ce

BYNNWYMM #3

Ukh. Ia gengsi sebenarnya kalau mau balik lagi. Tapi ia juga malas harus melanjutkan perjalanan dan benar-benar mendekati si surfer lokal (kulitnya terlalu hitam, euh ). Maka ia hanya berdiri diam di tengah jarak keduanya, lalu memutuskan untuk duduk dan menatap laut dalam diam. Hampa. Sebal. Kenapa Dims tidak bisa mengerti sih? Ini kan bukan untuk yang pertama kalinya ia bertingkah seperti itu. Ini terjadi nyaris setiap bulan, malah. Ia harusnya sudah tahu, meski Adrianna marah-marah seperti apapun juga, pada dasarnya ia tetap sayang kok. Tetap cinta. Buktinya, selama ini tidak pernah dia yang menyatakan kata 'putus' pada hubungan mereka. "Hmph." Dingin. Ia lupa bawa cardigannya. Atau kain Bali yang dibelikan Dims saat jalan-jalan kemarin. Ia memeluk kakinya erat, berusaha menghangatkan diri. Sendirian. Di saat pacarmu hanya berjarak sekitar 5 meter dari tempatmu duduk. Menyedihkan.

BYNNWYMM #2

Semarah-marahnya ia, sekesal-kesalnya ia pada sosok lelaki yang tengah berbaring damai di depannya—gosh, he looks so cute—Adrianna Arks masih akan tetap kembali padanya. Klise. Dan sangat, sangat memalukan untuk diakuinya keras-keras. Bahwa bagaimanapun juga, ia toh masih cinta. “WAAAA!” Terkekeh kecil, ia menarik wajahnya, setengah berlari pindah ke depan pemuda itu. Berjongkok di depan sosok Dims yang terjatuh, ia tersenyum manis, "Did I scare you that much?" ucapnya, menepuk-nepuk badan serta kepala Dims yang terkena pasir akibat jatuh. Lalu berubah manyun ketika mendengar kalimat Dims yang berikutnya. "Kamu suka kalau aku marah? Kamu maunya kita berantem lagi aja? Fine ," melengos kesal, Adrianna bangkit berdiri, meninggalkan sosok Dims yang masih terkapar di atas pasir pantai. Sebal. Hilang niat awalnya mau mengajak baikan. Mau minta maaf. Sebalsebalsebal. Setengah berlari, ia mendekati seorang surfer lokal yang tengah berdiri tak jauh dari tempat mere