Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2011

Be The One - #6

Ia bergidik kecil ketika tangannya menyentuh pipinya yang barusan memerah. Ia tahu intensi yang disembunyikan itu. Ia hanya berharap perkiraannya--well, ia tak bisa bilang ia berharap perkiraannya meleset juga. Ia tak mau membohongi dirinya sendiri. Ia sudah dewasa, kau tahu. Pipinya semakin memerah ketika Dims kembali mengulangi pertanyaannya. Apalagi ketika sosoknya menunduk untuk berbisik di telinganya. Sent her chills. Wajahnya, alih-alih kembali pada jarak normalnya semula, kini semakin mendekat. Bibirnya hanya berjarak beberapa senti dari bibirnya sendiri. Ia memejamkan mata sejenak, merasakan tangan dinginnya menyentuh tengkuk Adrianna. Ia ingin tahu. Ingin tahu sampai seberapa jauh pemuda di depannya berani melangkah. Ia maju, mengecup singkat bibir Dimitri di depannya, lalu tersenyum, nyaris menggoda. Kedua tangannya naik, kembali ia kalungkan di leher pemuda tersebut, menggunakannya sebagai pijakan untuk kepalanya naik sampai ke level yang sama dengan telinganya, berbis

Be The One - #5

Adrianna tertawa kecil, memindahkan tangannya yang tengah memeluk erat pinggang pemuda tersebut ke wajahnya, mengelus perlahan pipinya untuk kemudian ia cubit perlahan. Ia gemas, tahu. Tersenyum jahil, ia kembali terdiam, kedua tangannya kini melingkar di belakang leher pemuda tersebut sambil menunggu dirinya menjawab pertanyaan yang ia ajukan beberapa menit yang lalu. Ia mengerutkan kening, "Ya sesuatu itu apa, Atreiyu ?" nadanya setengah mengejek pada panggilan yang ia gunakan. Kau tahu, dengan Dims segalanya mungkin terjadi. Ia takkan heran bila tiba-tiba sosok di depannya menghilang dan tahu-tahu mengajaknya pergi ke suatu tempat. Kerutan di keningnya perlahan menghilang ketika sosok Dims bangkit, kini berada tepat di atasnya. Pipinya memerah seketika. Ada kontroversi yang berkecamuk di hatinya mengenai posisi mereka saat ini. Jantungnya berdegup kencang, pipinya memanas ketika perlahan Dims mengelus rambutnya dengan senyum jahil yang--setengah ia suka dan setengah

Be The One - #4

“No I don’t.”  Adrianna tertawa kecil mendengarnya, bergerak semakin mendekat ke sosok Dims di depannya. Ia menarik napas dalam-dalam, menghirup wangi leher pemuda tersebut, tangannya secara otomatis bergerak melingkari pinggang (atau pinggul, mengingat perbedaan tinggi diantara mereka) Dims, memeluknya erat seperti yang dilakukan pemuda tersebut sejenak lalu, "No I don't..... what, hm?" Ia ingin seperti ini saja deh. Sampai besok, lusa, sampai minggu depan pun tak apa. Sayang kedamaian sejenaknya diganggu. Ia merasakan tangan Dims bergerak dari pinggangnya, ganti mencubit dan mengunyel pipinya. Ukh. Ia menggembungkan kedua pipi tersebut, bibirnya bergerak-gerak tidak suka, "Aku tahu kau tidak tidur," ucapnya, nyengir lebar. Cengiran yang segera digantikan oleh kerutan di bibirnya, penasaran akan kalimat yang diucapkan Dims padanya, "Akan....?" Lalu hening. "Akan apa, Atreiyu Mathivanan Dimitrovski Velasquez? Aku tidak terima kau gant

Be The One - #3

Adrianna Saralee Arks tidak benar-benar tidur. Tidak ketika ia tengah berbaring di ranjang kekasihnya, di dalam kamar di rumahnya. Apalagi bila sosok kekasihnya kebetulan adalah sosok seorang Atreiyu Mathivanan Dimitrovski Velasquez. Tidak. Maka ketika tidak terdengar respon apapun dari tindakan impulsnya (yang sebenarnya tidak benar-benar serius), matanya terbuka kecil, mengintip sejenak pada sosok lelaki tersebut sambil tetap menjaga badannya diam seperti tertidur. Ups. Ia kembali memejamkan matanya erat ketika melihat sekilas sosok Dims beranjak dari tempatnya, meninggalkan tumpukan kaset-kaset game yang berterbaran dimana-mana, acak-acakan. Kemana pemuda itu pergi? Ia tak sempat mengecek arah berjalannya sosok Dims tadi. Takut akan terlihat bahwa dirinya sebenarnya belum tidur. Sebenarnya masih terbangun. Meski ia akui, bila keadaan dirinya dibiarkan seperti itu--mata terpejam damai di atas kasur--ia jamin tak akan sampai dua puluh menit sampai dirinya benar-benar tertidur pulas