Skip to main content

Posts

Showing posts from 2014

Kala Senja, Surya Kelam

“Nar,” Dantya masuk, pasrah melihat kakaknya masih bercokol di satu bagian kamar yang sama. Masih di cerukan jendela kamar yang sama seperti yang ada di kamarnya. Masih dengan pakaian kemarin, dengan jatah sarapan yang belum tersentuh sama sekali, “Nar,” ia mendekat, menepuk pundak Nara. “Pergi lo.” “Nar…” “Pergi lo.” Dantya diam, tangannya ia tarik. Tepat dua minggu sudah lewat sejak sahabatnya Dira meninggal akibat penyakit jantung. Sahabat garis miring gadis yang kakak kembarnya cintai. Dantya masih ingat dengan jelas saat itu, ia di rumah tengah beristirahat tenang ketika telepon rumah berbunyi, Nara menelepon dengan suara kalut, sedang di rumah sakit menemani Dira yang mendadak kolaps saat ia lengah sedikit, tengah membelikan Dira minuman di Senopati. Dantya yang sudah bersiap menerima kabar seperti itu, segera menyusul kakaknya, dan memeluk yang bersangkutan. Ia masih ingat jelas, sosok Nara saat itu. Kalut, gemetar, lemas, pucat. Seperti yang lebih sakit

Prolog

Nara. Nara. Nara. Nara. Nara, kamu dimana, Nara?  Kamu nggak boleh seperti ini terus. Kamu harus bangkit, Nara. Nara, kamu kuat. Aku tahu kamu pasti bisa. Nara, hidup kamu ga akan selesai di aku. Nara, everybody loves you. And so do I. So please. Nara. Nara, Nara. Nara.   Wake up.

Somewhere, someday.

Hey. Hey. Sedang apa kamu disini? Entahlah. Kau? Entahlah. Sesuatu membawaku. Me too. (....) What? Apa? Kenapa kau menatapku seperti itu? Seperti apa? Seperti.... seperti kau tak bisa bertemu lagi denganku. Mm. Mungkin. Apa maksudnya? Mungkin aku memang tak bisa bertemu denganmu lagi. Why? Karena semuanya berbeda sekarang. Kau denganya. Aku dengan-- Lalu kenapa? Apakah hanya karena itu kita jadi tak bisa bertemu lagi? Entahlah. Menurutku akan lebih baik seperti itu. Why? Karena kau membuat segalanya lebih sulit. Lebih...... rumit. (.....) Saat aku bertemu denganmu, melihatmu, ada yang menahanku disitu. Ada yang menahanku lebih daripada orang lain. Aku tak bisa.... menghiraukan semua ini lagi. Aku takkan bisa berpura-pura lagi. This is my limit. ..... Kita tak harus seperti ini, kau tahu. I know. Kita bisa lari. Menghilang berdua. Memalsukan kematian kita, lalu pergi ke antah berantah. Lalu hidup berd

Secret Heart

@firenationforum - @deeladiladhila Michael Dante DiMartino & Bryan Koenitzko - Crescendo Secret Heart - Feist Secret heart What are you made of What are you so afraid of   Katara memejamkan mata, kembali berguling di kasurnya. Berusaha melupakan kejadian malam tadi yang masih tercetak jelas di depan matanya. Sebenarnya Katara tak ingin tidur malam itu. Katara ingin mengajaknya begadang saja mala mini bersamanya sampai pagi, lalu melihat matahari terbit bersama-sama sebelum kembali ke kamar masing-masing untuk menghindari kecurigaan. Tapi—tapi, Fire Lord Zuko ternyata sudah punya agenda lain dalam pikirannya malam itu. Katara sedikit senang, saat Zuko yang ternyata muncul dan menyapanya dari bawah. Lalu bukannya menyuruhnya tidur atau apa, malah ingin ikut naik ke atap bersamanya. Meski saat itu ia terkekeh kecil, ia sedikit gugup saat membuat tangga es bagi sang Raja Api. Apa yang akan terjadi, ia tak bisa bayangkan. Apalagi siangnya mereka sempat berselisih paham. Ia kira malam i