Skip to main content

Be The One - #5

Adrianna tertawa kecil, memindahkan tangannya yang tengah memeluk erat pinggang pemuda tersebut ke wajahnya, mengelus perlahan pipinya untuk kemudian ia cubit perlahan. Ia gemas, tahu. Tersenyum jahil, ia kembali terdiam, kedua tangannya kini melingkar di belakang leher pemuda tersebut sambil menunggu dirinya menjawab pertanyaan yang ia ajukan beberapa menit yang lalu.

Ia mengerutkan kening, "Ya sesuatu itu apa, Atreiyu?" nadanya setengah mengejek pada panggilan yang ia gunakan. Kau tahu, dengan Dims segalanya mungkin terjadi. Ia takkan heran bila tiba-tiba sosok di depannya menghilang dan tahu-tahu mengajaknya pergi ke suatu tempat. Kerutan di keningnya perlahan menghilang ketika sosok Dims bangkit, kini berada tepat di atasnya. Pipinya memerah seketika.

Ada kontroversi yang berkecamuk di hatinya mengenai posisi mereka saat ini.

Jantungnya berdegup kencang, pipinya memanas ketika perlahan Dims mengelus rambutnya dengan senyum jahil yang--setengah ia suka dan setengah ia benci. Ia suka, karena--well, ia suka. Jangan membuatnya menyatakan kenapa ia suka. Dan ia tak suka karena--biasanya yang mengikuti setelah senyum tersebut memiliki akibat buruk. Terutama untuknya.

"A-apa?" ia tergagap, tangannya terkunci di samping tubuhnya, "Kenapa kau harus bertanya padaku?"

Comments

Popular posts from this blog

dorks #3

"Hah? Itu beneran nama lo?" Hotaru kan nama Jepang. Si Dimasu--Hotaru di depannya kan bukan orang Jepang. Baru pindah kesini, malah. Lagipula ya, kenapa harus Hotaru, coba. Imej cool yang sudah mulai terbangun di kepala Shin jadi hilang. Sekarang di kepalanya dipenuhi gambaran hutan di malam hari, dengan bola-bola cahaya kecil yang beterbangan. Wait, kenapa juga ia membayangkan imej si Hotaru? Lagipula, kelihatannya anak pindahan ini tidak sealim yang ia dan teman-temannya sangka. Shin kan sudah expert, jadi ia tahu kalau bertemu sesama expert. Seperti cengiran yang sengaja dilempar dengan lirikan kecil ke arah cewek-cewek. Dan mata yang berkilat-kilat bandel. Sering sekali ia lihat pada Haruki. Maupun dirinya sendiri. Ia menangkap bola yang dilempar Hotaru sambil nyengir bandel, sengaja bermain-main dengan memutar-mutar bolanya dengan satu jari. Cek reaksi, ceritanya. Tuh kan, langsung heboh semua. Score one! "Yuk, main." (feel Shin gw.....)

BYNNWYMM #4

Ia benci dingin. Terutama dingin yang seperti ini. Lahir di negara yang iklimnya jauh lebih dingin dari negara yang tengah disinggahinya sekarang ini lantas tidak membuatnya lebih adaptif pada cuaca dingin. Badannya masih menggigil setiap ia bangun di pagi pertama musim dingin. Ia masih berjengit setiap kali kaki telanjangnya menyentuh lantai beku saat musim gugur tiba. Bahkan kini, saat angin laut yang berhembus tak sekencang angin musim gugurnya, ia masih ingin selimutan di bawah selimut tebal. Sambil minum cokelat hangat. Di kamarnya. (atau menyelinap keluar, lalu mengetuk pintu rumah Velasquez. Lalu dengan seenaknya menyelusup di bawah selimut Dims.) Fuh. "Dingin ya?" Perlu ditanya? Tak perlu menengok, ia refleks memeluk tangan yang melingkari pinggangnya, memeluk tiba-tiba dari belakang. Maaf, katanya. Kelamaan. Ia hanya memejamkan mata saat lelaki di belakangnya mengecup puncak kepalanya. Setengah dari situasi ini memang salahnya--oke, tiga perempatnya. S...

BYNNWYMM #3

Ukh. Ia gengsi sebenarnya kalau mau balik lagi. Tapi ia juga malas harus melanjutkan perjalanan dan benar-benar mendekati si surfer lokal (kulitnya terlalu hitam, euh ). Maka ia hanya berdiri diam di tengah jarak keduanya, lalu memutuskan untuk duduk dan menatap laut dalam diam. Hampa. Sebal. Kenapa Dims tidak bisa mengerti sih? Ini kan bukan untuk yang pertama kalinya ia bertingkah seperti itu. Ini terjadi nyaris setiap bulan, malah. Ia harusnya sudah tahu, meski Adrianna marah-marah seperti apapun juga, pada dasarnya ia tetap sayang kok. Tetap cinta. Buktinya, selama ini tidak pernah dia yang menyatakan kata 'putus' pada hubungan mereka. "Hmph." Dingin. Ia lupa bawa cardigannya. Atau kain Bali yang dibelikan Dims saat jalan-jalan kemarin. Ia memeluk kakinya erat, berusaha menghangatkan diri. Sendirian. Di saat pacarmu hanya berjarak sekitar 5 meter dari tempatmu duduk. Menyedihkan.