Skip to main content

stay still

"Kimi ga oitetta mono nara, mada koko ni aru yo"

And that's how I kept it. All this time. I didn't move an inch--hell, you'd be terrified if I could. I simply stood still, keeping what I have to keep. Continuing on protecting what you asked me to protect. Believing you will always come back. Here, where I lies.

Isn't it kind of sad? Thinking that you could go on everywhere leaving this in my safe possession, whilst I had to stood still. Waiting for you to come back. Doing your regular check, while you talk about what you've been doing. And for me to just simply listen and be still. I can't smile, I can't laugh, I can't give you a comforting look or a simple pat to cheer you up--what you mostly need.

And to think that I don't feel even the slightest bit of frustration, that is what I myself questioned out. Is it because I felt content, to be able to remember and see your clear, happy smile when I close my eyes? Is it because my memory could always recall those rare times when you talk happy things to me? When your bright eyes lit up with excitement? When you smile almost reach out to your ears?

kaze ni fukaretemo
ame ni utaretemo
mata sukoshi iroasetemo
soredemo wa koko ni iru darou


Random. Grammar phail. Dibuat sambil dengerin Scarecrow - Nishikido Ryo. Abis baca Chobits. Sambil inget film kartun tentang scarecrow yang jatuh cinta sama manusia, terus akhirnya berubah jadi manusia juga.

Comments

Popular posts from this blog

dorks #3

"Hah? Itu beneran nama lo?" Hotaru kan nama Jepang. Si Dimasu--Hotaru di depannya kan bukan orang Jepang. Baru pindah kesini, malah. Lagipula ya, kenapa harus Hotaru, coba. Imej cool yang sudah mulai terbangun di kepala Shin jadi hilang. Sekarang di kepalanya dipenuhi gambaran hutan di malam hari, dengan bola-bola cahaya kecil yang beterbangan. Wait, kenapa juga ia membayangkan imej si Hotaru? Lagipula, kelihatannya anak pindahan ini tidak sealim yang ia dan teman-temannya sangka. Shin kan sudah expert, jadi ia tahu kalau bertemu sesama expert. Seperti cengiran yang sengaja dilempar dengan lirikan kecil ke arah cewek-cewek. Dan mata yang berkilat-kilat bandel. Sering sekali ia lihat pada Haruki. Maupun dirinya sendiri. Ia menangkap bola yang dilempar Hotaru sambil nyengir bandel, sengaja bermain-main dengan memutar-mutar bolanya dengan satu jari. Cek reaksi, ceritanya. Tuh kan, langsung heboh semua. Score one! "Yuk, main." (feel Shin gw.....)

*IMAGE HEAVY*

--when photobucket, tinypic, and tumblr are being a fuckin' bitch

Her

Ia disana. Ia ada, ia bernapas. Ia disana. Tapi tak ada yang dilakukannya. Gadis itu menghela napas, menatap kosong ke arah layar putih—kosong, seperti pikirannya. Kau tahu, ia punya segalanya. Hidupnya seharusnya indah. Seharusnya sempurna. Ia punya keluarga—yang menyayanginya, yang mengerti dan mengayomi segala tingkah lakunya. Ia punya teman—bahkan sahabat. Ia masih punya mereka yang akan mencarinya bila ia hilang. Masih punya tiang untuk menopang. Ia punya kelebihan—dan ia tahu bahwa kelebihannya itu bermanfaat. Ia punya status, punya jabatan untuk digunakan. Kau lihat? Ia punya segalanya. Tapi terkadang, ia merasa hampa . Kehampaan yang bahkan tak bisa diisi dengan obrolan singkat, dengan kehangatan keluarganya, atau dengan tumpukan buku-buku yang menggunung di rumahnya (oh ya, ia juga punya itu). Bahkan terkadang ia menyesali hidupnya. Menyesali pilihan yang ia buat. She was a player. She knows that she’s doing pretty good at that. But she just couldn’t. Ia pernah bermimpi...