Skip to main content

knight of night

"Ready?"

He nodded curtly, wearing back his mask as they moved out, blending in with the crowd. As if someone would notice. He strolled around, noticing familiar faces behind the masks they put on. His boring eyes scanned the room for some indication of events that may happened.

And then, he saw her.

His golden-hazeled eyes found another pair of dark chocolate ones, framed by a golden eye mask. She didn't notice him. She was busy talking to another company, a familiar blue-haired one. He hated it. He hated how easy it is for him to found her in such crowd. To feel what he used to feel the moment his eyes captured her figure. For a moment, all he sees is her. He simply forgot about his reasons. Why he's here, why he left, what he'd thrown (he sounded like an idiot). After what seems like forever of intent-staring moment, her dark chocolate eyes found his.

And there comes the sparks. He even forgot he used to feel it. His lips curled into a small smile, hidden behind his full-faced mask.He noticed her eyes staring at him with curiosity, before she looked away, cheeks gone red as she tried to not look at him again. He smirked, but making no move to approached her. Too risky. Too dangerous.

"Leave it."

He sighed, moving his feet to find another spot to keep himself hidden, "You're out of that game. Leave it," again, he nodded curtly, flashing his eyes to the same spot he'd been staring at, hoping to see her again. She's gone. And he should have known it. They won't let him.

Random. Again. Guess who.

Comments

Popular posts from this blog

dorks #3

"Hah? Itu beneran nama lo?" Hotaru kan nama Jepang. Si Dimasu--Hotaru di depannya kan bukan orang Jepang. Baru pindah kesini, malah. Lagipula ya, kenapa harus Hotaru, coba. Imej cool yang sudah mulai terbangun di kepala Shin jadi hilang. Sekarang di kepalanya dipenuhi gambaran hutan di malam hari, dengan bola-bola cahaya kecil yang beterbangan. Wait, kenapa juga ia membayangkan imej si Hotaru? Lagipula, kelihatannya anak pindahan ini tidak sealim yang ia dan teman-temannya sangka. Shin kan sudah expert, jadi ia tahu kalau bertemu sesama expert. Seperti cengiran yang sengaja dilempar dengan lirikan kecil ke arah cewek-cewek. Dan mata yang berkilat-kilat bandel. Sering sekali ia lihat pada Haruki. Maupun dirinya sendiri. Ia menangkap bola yang dilempar Hotaru sambil nyengir bandel, sengaja bermain-main dengan memutar-mutar bolanya dengan satu jari. Cek reaksi, ceritanya. Tuh kan, langsung heboh semua. Score one! "Yuk, main." (feel Shin gw.....)

*IMAGE HEAVY*

--when photobucket, tinypic, and tumblr are being a fuckin' bitch

Her

Ia disana. Ia ada, ia bernapas. Ia disana. Tapi tak ada yang dilakukannya. Gadis itu menghela napas, menatap kosong ke arah layar putih—kosong, seperti pikirannya. Kau tahu, ia punya segalanya. Hidupnya seharusnya indah. Seharusnya sempurna. Ia punya keluarga—yang menyayanginya, yang mengerti dan mengayomi segala tingkah lakunya. Ia punya teman—bahkan sahabat. Ia masih punya mereka yang akan mencarinya bila ia hilang. Masih punya tiang untuk menopang. Ia punya kelebihan—dan ia tahu bahwa kelebihannya itu bermanfaat. Ia punya status, punya jabatan untuk digunakan. Kau lihat? Ia punya segalanya. Tapi terkadang, ia merasa hampa . Kehampaan yang bahkan tak bisa diisi dengan obrolan singkat, dengan kehangatan keluarganya, atau dengan tumpukan buku-buku yang menggunung di rumahnya (oh ya, ia juga punya itu). Bahkan terkadang ia menyesali hidupnya. Menyesali pilihan yang ia buat. She was a player. She knows that she’s doing pretty good at that. But she just couldn’t. Ia pernah bermimpi...